Sunday, October 26, 2014

Misteri Kematian Gayatri Wailissa, Ahli 14 Bahasa Dunia


By iReviewu

TIBA tiba saja kita tersentak dengan kemunculan nama Gayatri Wailissa
gadis belia yang konon menguasai 14 bahasa dunia. Fantastis. Hebat benar gadis ini. Aku angkat topi setinggi-tingginya. Salut beneran. Sebagai penyuka bahasa, aku tahu banget tingkat kesulitan berbahasa beda begitu.

Dengan keahliannya yang luar biasa itu saja, perhatianku sudah tertambat padanya. Dan kabar belakangan yang kemudian menguak... bahwa ia ternyata anggota BIN (badan Intelejen Negara), membuatku makin ternganga. Wah, keren banget gadis ini, pikirku.

Keahliannya yang unik tentu saja menarik perhatian BIN. Dengan memahami bahasa negara-negara di dunia, itu adalah aset bagi dunia intelejen. Maka tak heran, walaupun usianya baru 17 tahun, ia sudah direkrut menjadi anggota BIN. Dalam arti lain, Gayatri sudah memberikan hidupnya buat bangsa. Ia sudah dianggap mati ketika ia sudah menjadi anggota BIN. Tahu kenapa? Karena hidup mereka bukan lagi personal. Mereka bukan lagi anggota sosial biasa walaupun lebur di masyarakat. Mereka mengetahui begitu banyak rahasia namun tak untuk dibagikan, apalagi diposting sebagai status di Facebook. *wakakak*

Sebagaimana mereka adalah sandi, selama ini kita tak pernah tahu ataupun dengar namanya. Tahu-tahu ketika dia meninggal, kita mendengarnya dan 'shocked' mengetahui fakta siapa dan apa-nya. Yang melegakan, Gayatri tak merasa dipaksa ataupun ditekan untuk menjadi anggota BIN. Justeru dia sendiri yang sedari awal sudah ingin menjadi anggota BIN dan mengabdikan diri buat bangsa melalui keahlian yang dimilikinya. Luarbiasa. Tentunya sangat langka anak seusianya berpikir dengan cara pikiran Gayatri. Memang gadis 17 tahun kelahiran Ambon ini layak penghargaan dan penghormatan.
Awalnya, ketika tersiar kabar tentang kematiannya di Rumah Sakit Abdi Waluyo, ada banyak yang heran. Keheranan itu berkaitan dengan imej Rumah Sakit tersebut sebagai rumah perawatan cenderung VIP. Jika ia dirawat dan meninggal di situ, berarti ia memiliki koneksi khusus dengan kalangan tertentu. Dan ternyata... Gayatri memang kasus khusus. Adalah ayahnya, Dedi Darwis Wailissa yang membeberkan bahwa anaknya memang anggota BIN dan direkrut sejak 3 bulan lalu. Berarti masih baru juga sih. Mungkin selepas genap 17 tahun kali. Pernyataan seorang anggota DPR yang menyatakan bahwa perekrutan Gayatri dianggap tidak etis karena usianya yang masih belia - cenderung politis, mengingat Gayatri sendiri tidak dibawah tekanan ketika direkrut menjadi anggota BIN. Sebaliknya, justeru gabung dengan BIN konon sudah menjadi hasrat dan niat Gayatri sejak kecil, sebagaimana dilansir ayahnya. Walaupun dalam keseharian, profesi Gayatri adalah penyiar radio dan juga pelatih teater di kampusnya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah... mungkinkah karena terlalu 'semangat dan serius' berkutat dengan pelajaran bahasa, sehingga Gayatri Wailissa harus mengalami kanker otak yang lazimnya hanya potensial menyerang penderita usia 20-40 tahun. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu penyebab kanker otak adalah... faktor radiasi yang dipancarkan oleh alat-alat gadget semisal ponsel, komputer dan alat sejenisnya. Atau... mungkinkah ada penyebab lain dan bukan kanker otak seperti yang dilansir? Wallahu'alam. Ada bias misteri pula di sini.

Yang mengharukan, Gayatri konon pernah menyampaikan harapannya pada ayahnya bahwa ia ingin dikenal oleh kalangan luas. Dan kini, harapannya memang menjadi nyata seiring ia berlalu meninggalkan kehidupan dunia. Gayatri dimakamkan di Taman Makam Bahagia - sebuah kompleks pemakaman purnawirawan TNI dan Polri di Ambon. Keranda jenasahnya diusung oleh para pria berambut cepak.Di depan dan belakang juga beriring para lelaki bertubuh tegap. Menunjukkan jelas identitas mereka. Beristirahatlah dengan damai, Gayatri ! Semoga Allah Yang Maha Penyayang menempatkanmu di wilayah para kekasihNya.