By iReviewu
TIBA tiba
saja kita tersentak dengan kemunculan nama Gayatri Wailissa,
gadis belia yang konon menguasai 14 bahasa dunia. Fantastis. Hebat
benar gadis ini. Aku angkat topi setinggi-tingginya. Salut beneran.
Sebagai penyuka bahasa, aku tahu banget tingkat kesulitan berbahasa
beda begitu.
Dengan
keahliannya yang luar biasa itu saja, perhatianku sudah tertambat
padanya. Dan kabar belakangan yang kemudian menguak... bahwa ia
ternyata anggota BIN (badan Intelejen Negara), membuatku makin
ternganga. Wah, keren banget gadis ini, pikirku.
Keahliannya yang unik tentu saja menarik perhatian BIN. Dengan memahami bahasa negara-negara di dunia, itu adalah aset bagi dunia intelejen. Maka tak heran, walaupun usianya baru 17 tahun, ia sudah direkrut menjadi anggota BIN. Dalam arti lain, Gayatri sudah memberikan hidupnya buat bangsa. Ia sudah dianggap mati ketika ia sudah menjadi anggota BIN. Tahu kenapa? Karena hidup mereka bukan lagi personal. Mereka bukan lagi anggota sosial biasa walaupun lebur di masyarakat. Mereka mengetahui begitu banyak rahasia namun tak untuk dibagikan, apalagi diposting sebagai status di Facebook. *wakakak*
Keahliannya yang unik tentu saja menarik perhatian BIN. Dengan memahami bahasa negara-negara di dunia, itu adalah aset bagi dunia intelejen. Maka tak heran, walaupun usianya baru 17 tahun, ia sudah direkrut menjadi anggota BIN. Dalam arti lain, Gayatri sudah memberikan hidupnya buat bangsa. Ia sudah dianggap mati ketika ia sudah menjadi anggota BIN. Tahu kenapa? Karena hidup mereka bukan lagi personal. Mereka bukan lagi anggota sosial biasa walaupun lebur di masyarakat. Mereka mengetahui begitu banyak rahasia namun tak untuk dibagikan, apalagi diposting sebagai status di Facebook. *wakakak*
Sebagaimana
mereka adalah sandi, selama ini kita tak pernah tahu ataupun dengar
namanya. Tahu-tahu ketika dia meninggal, kita mendengarnya dan
'shocked' mengetahui fakta siapa
dan apa-nya.
Yang melegakan, Gayatri tak merasa dipaksa ataupun ditekan untuk
menjadi anggota BIN. Justeru dia sendiri yang sedari awal sudah ingin
menjadi anggota BIN dan mengabdikan diri buat bangsa melalui keahlian
yang dimilikinya. Luarbiasa. Tentunya sangat langka anak seusianya
berpikir dengan cara pikiran Gayatri. Memang gadis 17 tahun kelahiran
Ambon ini layak penghargaan dan penghormatan.
Awalnya,
ketika tersiar kabar tentang kematiannya di Rumah Sakit Abdi Waluyo,
ada banyak yang heran. Keheranan itu berkaitan dengan imej Rumah
Sakit tersebut sebagai rumah perawatan cenderung VIP. Jika ia dirawat
dan meninggal di situ, berarti ia memiliki koneksi khusus dengan
kalangan tertentu. Dan ternyata... Gayatri memang kasus khusus.
Adalah ayahnya, Dedi Darwis Wailissa yang membeberkan bahwa anaknya
memang anggota BIN dan direkrut sejak 3 bulan lalu. Berarti masih
baru juga sih. Mungkin selepas genap 17 tahun kali. Pernyataan
seorang anggota DPR yang menyatakan bahwa perekrutan Gayatri dianggap
tidak etis karena usianya yang masih belia - cenderung politis,
mengingat Gayatri sendiri tidak dibawah tekanan ketika direkrut
menjadi anggota BIN. Sebaliknya, justeru gabung dengan BIN konon
sudah menjadi hasrat dan niat Gayatri sejak kecil, sebagaimana
dilansir ayahnya. Walaupun dalam keseharian, profesi Gayatri adalah
penyiar radio dan juga pelatih teater di kampusnya.
Yang
menjadi pertanyaan sekarang adalah... mungkinkah karena terlalu
'semangat dan serius' berkutat dengan pelajaran bahasa, sehingga
Gayatri Wailissa harus mengalami kanker otak yang lazimnya hanya
potensial menyerang penderita usia 20-40 tahun. Sebagaimana diketahui
bahwa salah satu penyebab kanker otak adalah... faktor radiasi yang
dipancarkan oleh alat-alat gadget semisal ponsel, komputer dan alat
sejenisnya. Atau... mungkinkah ada penyebab lain dan bukan kanker otak seperti yang dilansir? Wallahu'alam. Ada bias misteri pula di sini.
Yang
mengharukan, Gayatri konon pernah menyampaikan harapannya pada
ayahnya bahwa ia ingin dikenal oleh kalangan luas. Dan kini,
harapannya memang menjadi nyata seiring ia berlalu meninggalkan
kehidupan dunia. Gayatri dimakamkan di Taman Makam Bahagia - sebuah
kompleks pemakaman purnawirawan TNI dan Polri di Ambon. Keranda
jenasahnya diusung oleh para pria berambut cepak.Di depan dan
belakang juga beriring para lelaki bertubuh tegap. Menunjukkan jelas
identitas mereka. Beristirahatlah dengan damai, Gayatri ! Semoga
Allah Yang Maha Penyayang menempatkanmu di wilayah para kekasihNya.