Wednesday, December 24, 2014

Ucapan Natal, Antara Habluminallah Dan Habluminannas


By Faatima Seven


ENTAH perasaanku yang salah atau keliru, tetapi tahun ini, kontroversial tentang mengucapkan Selamat Natal kepada kalangan Kristiani oleh umat Islam menjadi sangat mengemuka dan heboh. Polemiknya justeru terjadi di antara umat Islam itu sendiri. Memurutku pribadi, pribadi lho ya... toh tak ada media yang minta pendapatku :D (emangnya gue siapa gitu lho...) kecuali beberapa teman di inboks yang minta opiniku secara khusus... kenapa sih kita harus 'pagetreng' ? 

Perbedaan keyakinan itu sudah ada sedari jaman dahulu kala. Kita seharusnya bijak menyikapi semua perbedaan. Dan sebagai umat Islam, kita punya pedoman mutlak yang 'bisa' dan 'harus' menjadi rujukan untuk semua masalah, yakni AlQur'an. Dan dalam AlQur'an, memang tak ada larangan khusus dan mutlak tentang itu. AlQur'an hanya mencela oang-orang yang 'meniru' budaya dan gaya hidup kalangan ahli kitab. Dan mengucap 'Selamat Natal' buat yang merayakannya, itu bukan meniru dan mengikuti.

Itu hanyalah sebentuk toleransi dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Ini adalah hablumminannas – penegakkan hubungan antar manusia. Ini berbeda sama sekali dengan intruksi dan pelaksanaan pemakaian atribut Natal semisal topi Santa Klaus. Yang satu ini... memang tak sepantasnya. Tak seharusnya, tak selayaknya, dan tak terpuji sama sekali jika seorang muslim memakai topi Santa Klaus. Dan sangat tak etis jika sebuah perusahaan memaksa karyawan muslimnya memakai topi ini dalam momen nuansa Natal. Ini adalah kedzaliman pada kebebasan beragama. 


Dan diluar pemaksaan atribut itu, aku secara pribadi – dalam wilayah keimananku, merasa tak ada masalah dengan mengucapkan Selamat Natal. Aku memiliki begitu banyak teman yang berbeda keyakinan. Dan hubungan dengan mereka sangat baik, nyaman... dan selalu berusaha menjaga hal perbedaan itu untuk tetap di wilayah tersendiri sebagaimana Allah Ta'ala menasehatkan... lakum dinukum wa li yaddin. Indonesia itu bhinekka tunggal ika. Islam itu rahmatan lil alamin. Jagalah perbedaan karena itu adalah rahmatNya dan merupakan sarana kita menguatkan keimanan. “Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kalian (menjadi) satu umat saja... tetapi Allah hendak menguji kalian tentang pemberianNya, maka berlomba-lombalah kalian berbuat kebajikan...” adalah firmanNya di AlMaidah ayat 48.

Yuk, berlomba-lomba pada kebaikan yang diridhaiNya, jangan pada perdebatan yang dicelaNya. <3
Dan 5 Hal ini juga membuatku yakin bahwa Allah Ta'ala ridha terhadap niatku ketika aku mengucapkan Selamat Natal pada temanku...

  1. Tak ada larangan khusus dan mutlak dalam AlQur'an. 
  2. Mengucap Selamat Natal pada teman yang merayakannya adalah sebentuk hubungan habluminannas atau pemeliharaan hubungan baik antar umat manusia alias komunikasi horizontal yang selalu dicintai oleh Sang Pencipta yang notabene sebagai Pencipta perbedaan. 
  3. Ucapan Selamat Natal bukanlah pengakuan mutlak atas dituhankannya Isa Al Masih oleh kalangan Kristiani. 
  4. Amal dan hisab yang dipertimbangkan Allah Ta'ala menurut ketauhidan Islam adalah semata-mata atas 'niat' saja dan bukan atas tindakan. 
  5. Habluminallah atau hubungan dengan Allah adalah komunikasi vertikal yang bisa ditegakkan hanya setelah kuat dan seimbangnya hubungan kita di wilayah habluminannas. 

Jadi, Selamat Natal buat umat Kristiani, dan Selamat Tahun Baru Masehi buat seluruh jagat raya.