Thursday, January 22, 2015

Allah Memanggil Rico Bradley Lewat Adzan Subuh


By Faatima Seven



" Malam ini perenungan, yang mau berpesta, berpestalah.. saya hanya ingin menunggu panggilan adzan subuh itu datang pagi nanti. :) "

ADZAN adalah panggilan shalat bagi kaum muslim. Tak heran jika gemanya bisa menggetarkan setiap hati yang disentuhNya. Dan adzan Subuh memiliki getaran tersendiri mengingat saat itu adalah saat umumnya manusia sedang dalam kelelapan yang sempurna. Maka, hanya hamba yang komit dengan keislamannya saja yang bisa mendengar dan menikmati adzan Subuh sambil melaksanakan shalatnya. Karena itu pula konon Allah Ta'ala melebihkan pahala atas shalat Subuh. Walaupun cuma dua raka'at, shalat Subuh justeru yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala.


Rico Michael Bradley
Keistimewaan itu pula yang ternyata menarik Rico Michael Bradley untuk bertekad bersyahadat, tepat pada tanggal 31 Desember 2014 lalu. "Waktu itu gua sedang sangat hopeless dan missing... merenung di dini hari, tiba-tiba adzan Subuh bergema. Gua pikir, ini adzan koq sesuatu banget. Merdu, nyentuh dan bikin hati gua tenang. Gua yang bringasan, emosian, marah kiri kanan... begitu mendengar adzan itu koq langsung tenang hati..." ungkap Rico.

Mulai dari situ, Rico mencari tahu tentang Islam lebih dalam. Walaupun, sepanjang kehidupannya, Islam sesungguhnya bukan hal yang asing baginya. Sejak kecil, ia sudah senang dan suka melihat orang yang sedang bershalat yang sering dilihatnya di tivi.

Pengalaman batin yang diombang-ambing gelombang kehidupan, membuat Rico kadang merasa sangat sendiri. Kepergian ibunya di tahun 2012 lalu, adalah awal kehilangan yang sangat menderanya. Apalagi cara kematian ibunya begitu sangat mendadak. "Beliau tiba-tiba sesak nafas dan lima menit kemudian meninggal," tutur Rico. Ada nada yang masih terasa getir dalam intonasi suaranya. 

Semenjak saat itu, menurut Rico yang dikenal sebagai sutradara top horor itu, ada sesuatu yang benar-benar missing dalam hidupnya. "Bukan karena gua kangen nyokap, tetapi hubungan gua sama Tuhan yang dulu kayaknya gampang, intim... koq terasa hilang. Apalagi setahun kemudian bokap gua juga meninggal. Benar-benar gua merasa missing. Frustasi. Gua merasa seperti diri gua yang A dan B seperti lepas. Sampai pernah gua merasa ingin bunuh diri saja. Hopeless bener. Apalagi ketika rumah dijual,  gua makin merasa sendiri. Jauh dari keluarga, jauh dari adek gua. Pernah beberapa kali ngobrol dengan teman tentang ini, mereka bilang... cobalah membuka diri (pada Islam -red). Tapi kalo pun gua masuk, gua tak mau karena pengaruh orang lain. Gua yakin, kalo memang ini jalannya pasti Allah akan kasih jalan," ungkap Rico lagi di antara hingar dentuman musik di sebuah cafe di ibukota.

Rico memang sudah memilih dan menentukan keyakinannya. Tetapi ia tak ingin mengubah segala sesuatu secara instan. "Jangan karena Rico sudah masuk Islam trus gua harus pake baju koko seperti ustadz. No. Rico is still Rico. Cuma bedanya, Rico yang sekarang adalah Rico yang dekat pada Allah," katanya dengan nada pasti.

Menurutnya, ia ingin segala sesuatu mengalir. Ia juga tak ingin menyalahkan pihak-pihak lain diluar keyakinannnya. Ia cuma meyakini bahwa pilihannya untuk bersyahadat adalah karena kebutuhan ruhani. "Ini yang gua butuhkan untuk bisa dekat dengan Allah di mana gua bisa memberikan diri gua bener-bener untuk Allah. Dan sejak gua mendengar adzan Subuh itu, gua merasakan diri gua benar-benar berubah. Gua lebih terbuka, lebih tenang. Semula gua mau bersyahadat waktu usia 40, tapi gua ingin lebih yakin lagi dengan pilihan ini. Maka gua menunggu waktu lagi hingga benar-benar gua yakin. Waktu adalah rahasia Ilahi, " cetusnya.

Maka, momen pergantian tahun pun menjadi momen hijrah bagi lelaki berdarah Manado ini. Pergantian tahun kali ini laksana pergantian hidup baginya. Ia memang tidak bersyahadat secara ofisial di sebuah lembaga keagamaan tetapi di antara hadirat teman-temannya sesama pekerja film. Baginya itu sudah cukup sebagai pengakuan terhadap keEsaan Allah Ta'ala dengan Muhammad SAW sebagai RasulNya.

Pada saat yang lain memupuk ghirah menyambut tahun baru dengan semarak pesta sekularisme, Rico mengupdate status akun Facebooknya dengan kata yang sangat touching... "Malam ini perenungan, yang mau berpesta, berpestalah.. saya hanya ingin menunggu panggilan adzan subuh itu datang pagi nanti. :) "


Rico di sebuah lokasi shooting.
Selain aktif di perfilman dan mencatatkan diri sebagai sutradara yang sangat disiplin dan berselera tinggi, Rico Michael Bradley ternyata punya perhatian khusus juga dengan gaya hidup sehat. Ia dikenal dengan terobosannya mendirikan The Jakarta Fit Club (JFC), sebuah komunitas yang mencanangkan gaya hidup sehat dan fit tanpa harus terikat dengan membership di sebuah gym club. Gagasannya mendirikan JFC pun ternyata karena kesadarannya sendiri atas gaya hidupnya yang dirasainya agak tak terkendali. Keadaan itu disadarinya sebagai efek dari rasa kehilangan atas kepergian ibu dan ayahnya. Kesendirian yang dirasanya membuat ia kurang peduli dengan hal-hal lain selain perasaannya. Tetapi toh, keadaan fisiknya  yang berbobot sekitar 170 kg bukanlah halangan buat Rico dalam hal kreatifitas. Ia bisa tetap bergerak lincah dan melakukan pekerjaannya tanpa halangan apapun. "Percaya deh, saya lebih sehat daripada siapapun yang segemuk saya," katanya tertawa. 

Saat ini, Rico sedang menggarap sebuah film horor baru dengan judul Guna Guna Anak Muda yang menurut rencana akan tayang bulan April nanti. Rico telah menelorkan beberapa film dengan genre sama. Salah satu filmnya yang banyak diperbincangkan adalah Solitaire. Sementara tayangan televisi, ia pernah mengguncangkan jagat tontonan layar kaca seantero nusantara dengan program Intermezzo yang super konyol dan kocak hingga melambungkan satu nama yang menjadi ikon terkenal, Si Komeng

Itulah Rico Michael Bradley. Ketika ia melakukan sesuatu, ia melakukannya dengan skill dan intelejensi, juga nurani. Superb ! (*)