Wednesday, August 27, 2014

Kenapa Benci Islam ???

By Red Boots


KALI ini membahas tentang agama ah, tapi bukan SARA lho. Dan jangan anggap
SARA please. Ini semata-mata spiritual. :)


Secara akal, sesungguhnya agama yang sempurna itu memang Islam. Karena ia adalah penyempurna agama terdahulu semisal Kristen dan para penganut keyakinan terdahulu. Kristen itu agama samawi, makanya para ulama mereka disebutNya ahlul kitab, yang mengimani Injil. Juga para ulama di jaman nabi-nabi sebelumnya yang diberikan pedoman dan tuntunan olehNya melalui Taurat dan Zabur. Para ahli kitab adalah mereka yang beriman dan memegang teguh ajaranNya. Karenanya, mereka juga sudah paham bahwa akan ada Nabi terakhir setelah Isa as, yakni Ahmad. Maka ketika Ahmad muncul, mereka pun mengimaninya, taklid. Ini disebut aslamtu... yakni menerima. Islam itu adalah 'aslamtu' dan 'salam'. Artinya, aslamtu (menerima) terhadap kabar kebenaran dari Allah Ta'ala dalam salam (damai). Jadi, ahli kitab itu juga muslim pada hakikatnya, karena menerima (syahadah) Ahmad sebagai Nabi Khatamullah alias Nabi Terakhir.

Tetapi apa yang terjadi kini? Kenapa kebanyakan Kristiani tak menerimanya?
Bukan apa-apa sih. Itu semata-mata kontaminasi politik saja. Dan itu terjadi bukan hanya pada ajaran Kristus. Di Islam juga terjadi begitu. Banyak orang Islam benci agama Islam sendiri. Kenapa? Karena propaganda politik.

Orang-orang yang berkecimpung di politik itu, tujuannya kekuasaan, dan sedikit sekali di antara mereka yang teguh dengan ajaran Islam yang notabene rahmatan lil alamin. Kalaupun ada yang tadinya dikenal sangat beriman, eh ketika masuk lingkaran kekuasaan... iman mereka digadaikan. Itu karena 'asooy'nya godaan dunia; harta, tahta, wanita. Tiga penggoda yang sedikit sekali orang bisa tahan mengabaikannya. Dan jika sudah tergoda, demi meraih kekuasaan, mereka akan melakukan apa saja. Agama bukan halangan. Maka, Inilah biang kehancurannya.
Sayangnya... karena mereka ada di pusat perhatian, jadi secara umum... orang-orang yang tak paham Islam, baik non muslim maupun orang islam sendiri yang abangan - yang tak pernah mempelajari intisari Islam... mereka melihat orang-orang yang di pusat kekuasaan dan pusat pemberitaan (selebritis) sebagai 'role' dan simbol. Dan karena sebagian besar mereka adalah Islam (di KTPnya), jadi yang ada dan terlihat adalah orang-orang muslim yang tak Islami. Ini adalah fitnah jaman. Sudah disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW ribuan tahun lalu. Hadapi saja.

Muslim Benci Agama Islam?

Ini ada lho. Fakta. Mereka adalah abangan. Abangan ini sebenarnya kata merakyat untuk kalangan sekuler. Mereka menjadi sekuler karena ketidakpahaman tentang intisari ajaran Islam dan akibat ketidaktahuan tentang indahnya hakikat Islam. Maka mereka cenderung sinis pada kalangan yang tetap istiqomah dalam keislamannya.

Dan setingkat lebih parah dari sekuler adalah atheis alias tidak menerima keberadaan Tuhan. Mereka berasal dari berbagai latarbelakang sosial dan budaya. Ada yang bekas Islam abangan, ada yang Kristen, Yahudi dan lainnya. Tetapi fakta nyatanya, mereka skeptis tentang teori ketuhanan atau ketauhidan. Sebenarnya, golongan inilah yang disebut Allah Ta'ala sebagai 'kafir'... yakni mengingkari keberadaanNya. Golongan ini dibenci Allah karena kesombongannya tak mengakui Dia sebagai Pencipta mereka. Tetapi Allah Ta'ala toh tetap merahmati dan menyayangi mereka dengan tetap memberi mereka kecukupan rezeki kecuali rezeki ruhani. :)

Agama Dan Politik Tak Terpisah

Hingga kini, orang umumnya selalu bicara, “Jangan campurkan agama dan politik. Itu dua hal yang tidak bisa bersama.” Lagi-lagi, ini adalah ungkapan orang yang tak paham substansi agama. Agama itu berasal dari bahasa Yunani a = tidak, gama = kacau. Maka, agama itu artinya tidak kacau alias keteraturan. Ketika kita mengadopsi aturan-aturan agama ke dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan dan melaksanakannya, maka insya Allah kita akan hidup secara lurus dan teratur, damai dan penuh berkah. Tak terkecuali dalam politik. Jika dalam memainkan politik yang dalam bahasa Arabnya disebut 'siasah' atau siasat, atau taktik, atau cara bermain - menerapkan akhlak agama (agama apapun asal samawi) maka insya Allah kehidupan politik juga akan menjadi penuh maslahat. Lawan hanya ada dalam debat, tetapi tidak dalam iman. Takkan ada rasa sakit yang menimbulkan dendam. Takkan ada keinginan menyengsarakan orang lain. Takkan ada ketamakan yang tanpa batas yang memicu pada menghalalkan segala cara untuk tetap berkuasa dan menguasai orang lain. Dan keadaan politik bersih itu pernah tercipta di jaman Rasulullah SAW. Ketika beliau di tonggak kepemimpinan... beliau menjalankan roda kepemimpinan dengan politik yang berakhlak. Politik beragama. Beliau memimpin dengan menerapkan hukum-hukum Allah Ta'ala dalam setiap kebijakan politiknya.

Maka, pada perkembanganya... ketika orang-orang tanpa iman masuk ke wilayah politik, atau... orang beriman tipis masuk ke ranah pemerintahan, mereka merasa tidak puas dan tidak bebas. Hukum ketuhanan yang selalu mengutamakan akhlak dan adab, mereka anggap sebagai belenggu yang merintangi hasrat pemerintahan yang cenderung ingin berkuasa dan menguasai, ingin perang demi memperluas wilayah. ingin menjajah orang lemah demi keuntungan pribadi. Inilah awal propaganda bahwa politik harus dipisahkan dari hukum agama. Dalam sejarah Islam, peta politik pemisahan ini dimulai dari dinasti Muawiyah, dinasti paska Khalifatur Rasyidin.

Sejak saat itu, peta pemerintahan cuma dipegang oleh orang-orang yang tak terlalu mengutamakan akhlak agama. Orang yang istiqomah dan 'baik' dianggap tidak cocok terjun ke dalam dunia politik yang terlanjur menjadi dunia kotor dan penuh tipu-tipu yang absolut. Kalaupun beberapa masa kemudian orang-orang beriman berusaha masuk dan menyelinap ke dalam lingkaran politik, maka dua hal yang bisa ditebak akan terjadi adalah... mereka akan dihabisi dengan berbagai konspirasi jahat, atau... mereka sendiri yang secara rela ataupun terpaksa, menjadi terkontaminasi hingga citra dan akhlaknya berubah seketika dan menjadi sebagian dari mereka. Itulah yang terjadi hingga kini. Beratus-ratus tahun.

Dan karena otak kotor dan pikiran culas para politikus yang tak beragama (anti agama) ini pula yang menyulutkan kebencian di antara para penganut agama (yang inosen). Demi memenuhi keinginan duniawinya, para politikus mengadu domba orang-orang penganut kepercayaan untuk saling berkelahi, saling benci dan saling hujat. Dan mereka hanya menjadi gembala tak berdosa. Mati terbunuh karena kejahatan syahwatnya para politisi yang tak bernurani. Dan implikasinya, para sekuler yang tak paham apapun (politik tak paham, agama tak yakin)... menjadi sangat kuat kebenciannya pada para penganut kepercayaan. Bagi mereka, agama adalah tuba. Sementara bagi atheis, God doesn't exist.

Saya cuma berharap, bahwa kalangan beriman (dari agama apapun) menyadari ini. Jangan terprovokasi dengan virus kebencian yang disemprotkan oleh para politisi busuk. Jangan puaskan mereka dengan ketakpahaman kita. Kebencian dan pertengkaran bukan jalan ruhani, tetapi jalannya para tirani.
Let's keep walking in our faiths. (*)