By Red Boots
KALI
ini membahas tentang agama ah, tapi bukan SARA lho. Dan jangan
anggap
SARA
please. Ini semata-mata spiritual. :)
Secara
akal, sesungguhnya agama yang sempurna itu memang Islam. Karena ia
adalah penyempurna agama terdahulu semisal Kristen dan para penganut
keyakinan terdahulu. Kristen itu agama samawi, makanya para ulama
mereka disebutNya ahlul kitab, yang mengimani Injil. Juga para ulama
di jaman nabi-nabi sebelumnya yang diberikan pedoman dan tuntunan
olehNya melalui Taurat dan Zabur. Para ahli kitab adalah mereka yang
beriman dan memegang teguh ajaranNya. Karenanya, mereka juga sudah
paham bahwa akan ada Nabi terakhir setelah Isa as, yakni Ahmad. Maka
ketika Ahmad muncul, mereka pun mengimaninya, taklid. Ini disebut
aslamtu... yakni menerima. Islam itu adalah 'aslamtu' dan
'salam'. Artinya, aslamtu (menerima) terhadap kabar kebenaran
dari Allah Ta'ala dalam salam (damai). Jadi, ahli kitab itu
juga muslim pada hakikatnya, karena menerima (syahadah) Ahmad sebagai
Nabi Khatamullah alias Nabi Terakhir.
Tetapi
apa yang terjadi kini? Kenapa kebanyakan Kristiani tak menerimanya?
Bukan
apa-apa sih. Itu semata-mata kontaminasi politik saja. Dan itu
terjadi bukan hanya pada ajaran Kristus. Di Islam juga terjadi
begitu. Banyak orang Islam benci agama Islam sendiri. Kenapa? Karena
propaganda politik.
Orang-orang
yang berkecimpung di politik itu, tujuannya kekuasaan, dan sedikit
sekali di antara mereka yang teguh dengan ajaran Islam yang notabene
rahmatan lil alamin. Kalaupun ada yang tadinya dikenal sangat
beriman, eh ketika masuk lingkaran kekuasaan... iman mereka
digadaikan. Itu karena 'asooy'nya godaan dunia; harta, tahta, wanita.
Tiga penggoda yang sedikit sekali orang bisa tahan mengabaikannya.
Dan jika sudah tergoda, demi meraih kekuasaan, mereka akan melakukan
apa saja. Agama bukan halangan. Maka, Inilah biang kehancurannya.
Sayangnya...
karena mereka ada di pusat perhatian, jadi secara umum... orang-orang
yang tak paham Islam, baik non muslim maupun orang islam sendiri yang
abangan - yang tak pernah mempelajari intisari Islam... mereka
melihat orang-orang yang di pusat kekuasaan dan pusat pemberitaan
(selebritis) sebagai 'role' dan simbol. Dan karena sebagian besar
mereka adalah Islam (di KTPnya), jadi yang ada dan terlihat adalah
orang-orang muslim yang tak Islami. Ini adalah fitnah jaman. Sudah
disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW ribuan tahun lalu. Hadapi
saja.
Muslim
Benci Agama Islam?
Ini
ada lho. Fakta. Mereka adalah abangan. Abangan ini sebenarnya kata
merakyat untuk kalangan sekuler. Mereka menjadi sekuler karena
ketidakpahaman tentang intisari ajaran Islam dan akibat ketidaktahuan
tentang indahnya hakikat Islam. Maka mereka cenderung sinis pada
kalangan yang tetap istiqomah dalam keislamannya.
Dan
setingkat lebih parah dari sekuler adalah atheis alias tidak menerima
keberadaan Tuhan. Mereka berasal dari berbagai latarbelakang sosial
dan budaya. Ada yang bekas Islam abangan, ada yang Kristen, Yahudi
dan lainnya. Tetapi fakta nyatanya, mereka skeptis tentang teori
ketuhanan atau ketauhidan. Sebenarnya, golongan inilah yang disebut
Allah Ta'ala sebagai 'kafir'... yakni mengingkari keberadaanNya.
Golongan ini dibenci Allah karena kesombongannya tak mengakui Dia
sebagai Pencipta mereka. Tetapi Allah Ta'ala toh tetap merahmati dan
menyayangi mereka dengan tetap memberi mereka kecukupan rezeki
kecuali rezeki ruhani. :)
Agama
Dan Politik Tak Terpisah
Hingga
kini, orang umumnya selalu bicara, “Jangan campurkan agama dan
politik. Itu dua hal yang tidak bisa bersama.” Lagi-lagi, ini
adalah ungkapan orang yang tak paham substansi agama. Agama itu
berasal dari bahasa Yunani a = tidak, gama = kacau.
Maka, agama itu artinya tidak kacau alias
keteraturan. Ketika kita mengadopsi aturan-aturan agama ke dalam
kehidupan sehari-hari, menerapkan dan melaksanakannya, maka insya
Allah kita akan hidup secara lurus dan teratur, damai dan penuh
berkah. Tak terkecuali dalam politik. Jika dalam memainkan politik
yang dalam bahasa Arabnya disebut 'siasah' atau siasat, atau taktik,
atau cara bermain - menerapkan akhlak agama (agama apapun asal
samawi) maka insya Allah kehidupan politik juga akan menjadi penuh
maslahat. Lawan hanya ada dalam debat, tetapi tidak dalam iman.
Takkan ada rasa sakit yang menimbulkan dendam. Takkan ada keinginan
menyengsarakan orang lain. Takkan ada ketamakan yang tanpa batas yang
memicu pada menghalalkan segala cara untuk tetap berkuasa dan
menguasai orang lain. Dan keadaan politik bersih itu pernah tercipta
di jaman Rasulullah SAW. Ketika beliau di tonggak kepemimpinan...
beliau menjalankan roda kepemimpinan dengan politik yang berakhlak.
Politik beragama. Beliau memimpin dengan menerapkan hukum-hukum Allah
Ta'ala dalam setiap kebijakan politiknya.
Maka,
pada perkembanganya... ketika orang-orang tanpa iman masuk ke wilayah
politik, atau... orang beriman tipis masuk ke ranah pemerintahan,
mereka merasa tidak puas dan tidak bebas. Hukum ketuhanan yang selalu
mengutamakan akhlak dan adab, mereka anggap sebagai belenggu yang
merintangi hasrat pemerintahan yang cenderung ingin berkuasa dan
menguasai, ingin perang demi memperluas wilayah. ingin menjajah orang
lemah demi keuntungan pribadi. Inilah
awal propaganda bahwa politik harus dipisahkan dari hukum agama.
Dalam sejarah Islam, peta politik pemisahan ini dimulai dari dinasti
Muawiyah, dinasti paska Khalifatur Rasyidin.
Sejak
saat itu, peta pemerintahan cuma dipegang oleh orang-orang yang tak
terlalu mengutamakan akhlak agama. Orang yang istiqomah dan 'baik'
dianggap tidak cocok terjun ke dalam dunia politik yang terlanjur
menjadi dunia kotor dan penuh tipu-tipu yang absolut. Kalaupun
beberapa masa kemudian orang-orang beriman berusaha masuk dan
menyelinap ke dalam lingkaran politik, maka dua hal yang bisa ditebak
akan terjadi adalah... mereka akan dihabisi dengan berbagai
konspirasi jahat, atau... mereka sendiri yang secara rela ataupun
terpaksa, menjadi terkontaminasi hingga citra dan akhlaknya berubah
seketika dan menjadi sebagian dari mereka. Itulah yang terjadi hingga
kini. Beratus-ratus tahun.
Dan
karena otak kotor dan pikiran culas para politikus yang tak beragama
(anti agama) ini pula yang menyulutkan kebencian di antara para
penganut agama (yang inosen). Demi memenuhi keinginan duniawinya,
para politikus mengadu domba orang-orang penganut kepercayaan untuk
saling berkelahi, saling benci dan saling hujat. Dan mereka hanya
menjadi gembala tak berdosa. Mati terbunuh karena kejahatan
syahwatnya para politisi yang tak bernurani. Dan implikasinya, para
sekuler yang tak paham apapun (politik tak paham, agama tak yakin)...
menjadi sangat kuat kebenciannya pada para penganut kepercayaan. Bagi
mereka, agama adalah tuba. Sementara bagi atheis, God doesn't exist.
Saya cuma berharap, bahwa kalangan beriman (dari agama apapun) menyadari ini. Jangan terprovokasi dengan virus kebencian yang disemprotkan oleh para politisi busuk. Jangan puaskan mereka dengan ketakpahaman kita. Kebencian dan pertengkaran bukan jalan ruhani, tetapi jalannya para tirani. Let's keep walking in our faiths. (*)
Saya cuma berharap, bahwa kalangan beriman (dari agama apapun) menyadari ini. Jangan terprovokasi dengan virus kebencian yang disemprotkan oleh para politisi busuk. Jangan puaskan mereka dengan ketakpahaman kita. Kebencian dan pertengkaran bukan jalan ruhani, tetapi jalannya para tirani. Let's keep walking in our faiths. (*)