Tuesday, August 26, 2014

Soliditas Koalisi Merah Putih Di DPR Laiknya Amunisi


By Red Boots


KALAU Golkar bertahan di Koalisi Merah Putih dan menjadi oposisi terhadap penyelenggara negara, maka ini merupakan sejarah baru bagi kiprah politik partai yang sangat berjaya di era Soeharto itu. Padahal  jauh hari sebelumnya pun mereka bahkan sudah menyiratkan dan menyatakan secara terus terang bahwa ada kemungkinan Golkar akan merapat ke kubu Jokowi jika Prabowo Hatta tidak menang dalam pilpres. "Kita tidak siap menjadi oposisi. Sikap oposisi bukan sikap politik partai Golkar," kata Akbar Tanjung, dalam sebuah acara sebelum hari PilPres. 

Koalisi Merah Putih saat deklarasi dulu, didampingi Sang Proklamator. Epik !
Nada yang sama pernah diungkapkan Tantowi Yahya pula, sebelum dan sesudah PilPres. Tetapi, kini baik Akbar maupun Tantowi malah menegaskan untuk tetap bersama Koalisi Merah Putih. Solid mengawal Indonesia dari Gedung Bundar Senayan. Maka sikap politik Golkar kali ini sungguh layak diacungi jempol. Itu artinya mereka menafikan banyak oportunitas dengan memilih berseberangan dengan pemerintah yang berkuasa.

Menakar Kekuatan Koalisi Merah Putih

Koalisi Merah Putih (KMP) terdiri dari lima partai cukup besar; Golkar, Gerindra, PAN, PKS dan PPP. Perolehan suara  masing-masing mereka di DPR Pusat pun sangat signifikan. Golkar (91), Gerindra (73), PAN (49), PKS (40) dan PPP (39). Totalitas kursi yang dimiliki Koalisi Merah Putih di DPR RI adalah 292 kursi atau sekitar 52,14%. Ini berarti jauh lebih besar daripada koalisi kubu Jokowi yang cuma sekitar 37%. Masing-masing adalah PDIP (109), PKB (47), NasDem (35) dan Hanura (16). Diluar keduanya adalah Partai Demokrat, yang cenderung galau dan labil sekarang. Mungkin masih masih sibuk dengan kalkulasi untung rugi.

Kursi mayoritas KMP ini tak urung agak membuat Jokowi 'ketar-ketir'. Ia menyadari bahwa perbedaan politik diantara kubunya dengan Koalisi Merah Putih laksana siang dan malam. Kekhawatiran itu pun ia kemukakan di sebuah acara halal bihalal yang dilakukan para relawannya seusai lebaran dulu. Pada kesempatan itu, walaupun ia mengungkapkannya dengan gaya canda dan 'slengean', namun kekhawatirannya sangat jelas tersirat. Jokowi bilang, "Kalau ada yang ganggu di Dewan, saya akan telepon bapak dan ibu semua ya. Boleh ndak? Kalau saya diganggu, saya akan telepon... Pak, Bu, saya diganggu, saya minta bantuan," celoteh Jokowi yang sepertinya sedang berusaha memasukkan opini ke benak para relawannya.

Kekhawatiran ini memang sangat beralasan mengingat dalam sistem kenegaraan Indonesia yang parlementer, kedudukan DPR sebagai badan legislatif adalah sejajar dengan Presiden. Mereka memegang tali kekang yang secara yuridis bisa mengendalikan Presiden. Mereka bisa menolak atau memveto ide-ide kebijakan yang dikeluarkan Presiden. Jadi ya... Koalisi Merah Putih bisa 'main-main' tuh. 

Apalagi ada gelagat bahwa kelompok Imin PKB (Muhaimin Iskandar) mulai tidak puas terhadap keputusan-keputusan Jokowi baik dalam penataan Tim Transisi maupun dalam kebijkan Jokowi untuk melepaskan para pejabatnya dari segala atribut partai. Nah lho ! Bisa jadi Imin mau ikutan nimbrung dengan Koalisi Merah Putih dan pastinya takkan ditolak mengingat prinsip Koalisi Merah Putih adalah, "Bersatu Demi Bangkitnya Indonesia".

Tekad Koalisi ini cukup mengharukan. Dan menelisik para anggota Koalisi sendiri (terlepas dari partai atau tidak), jika berkaitan dengan isu NKRI, maka orang-orang semisal Akbar Tanjung, Hatta Rajasa, Aburizal Bakri, Anis Matta ataupun Surya Dharma Ali, mereka pastinya tak perlu diragukan nasionalismenya. Ical Bakri adalah salah satu pengusaha besar lokal yang sejak dari dulu berusaha digoyang. Ia berusaha mendirikan berbagai perusahaan di beberapa lini tanpa campur tangan asing karena ia ingin bebas sebagai putra bangsa. Dan Akbar Tanjung, kalaupun sebagai politisi ia tidak terlalu lekat dengan isu kerakyatan, tetapi sebagai anak bangsa... ia bukan orang yang akan rela menjual bangsanya sendiri.

Dan kini mereka bersatu bersama Prabowo yang sudah teruji patriotismenya di berbagai medan sepanjang tiga perempat usia hidupnya. Jadi, seperti Ical yang terakhir berstatemen dan menegaskan bahwa Parpol di Koalisi Merah Putih tetap memilih berada di luar pemerintahan Jokowi-JK. "Saya mewakili Koalisi Merah Putih di sini menegaskan, kalau PDIP yang melamar menjadi anggota Koalisi, akan kami terima. Tetapi kalau sebaliknya, tidak. Kami tetap solid di Koalisi Merah Putih," tegasnya di sebuah acara, Senin (25/8). Salut ! (*)